MBAH DIPO

PUSAKA RACANA DIPONEGORO

Di lingkungan Racana Diponegoro, kelengkapan selain adat istiadat sandi dan kibaran cita masih ada satu lagi yakni yang disebut Pusaka Racana Diponegoro.

Pusaka Racana Diponegoro adalah suatu lambang yang diwujudkan dalam bentuk senjata/pusaka kebanggaan yang bermakna positif, dipilih melalui musyawarah dan memiliki arti kiasan.

Tujuan adanya Pusaka Racana Diponegoro adalah :

1. Mendorong daya kreatifitas dalam kehidupan sehari-hari bagi para anggotanya.
2. Mendorong semangat dalam dalam berbakti, berlatih dan bekerja.
3. Memiliki jiwa kebanggaan dan kebersamaan sesama anggota.
4. Mendorong untuk bertindak disiplin, patuh dan dapat mencerminkan kehidupan dalam bermasyarakat yang berbudaya dan maju.

150px-Kris_bali

Pusaka Racana Diponegoro berupa Senjata KERIS, kenapa keris?, karena keris adalah senjata tradisional yang berasal dari Jawa. Sebagai salah satu senjata, keris diciptakan dengan teliti dan rapi serta melalui perhitungan yang sangat matang. Menurut Bambang Harsinuksmo dalam Ensiklopedi Keris, Keris pertama ditemukan di Jawa pada sekitar abad ke 7 Masehi. Pada saat itu, bentuk keris masih sangat sederhana. Pecinta keris menyebutnya sebagai BETHOK sebagaimana terpampang dalam salah satu relief di Candi Borobudur.

Terdapat paling tidak dua bentuk standar keris yaitu keris lurus (lajer) atau keris berliku (luk). Selain itu, Keris juga dilengkapi dengan banyak sekali rincian yang hampir pada setiap perbedaannya memiliki nama tersendiri.

Setiap bilahan keris terdiri dari tiga bagian utama yaitu Bilah, Ganja (bagian bawah keris) dan Pesi (pegangan keris). Tiap bagian memiliki ciri tertentu dengan nama-nama tertentu pula. Keris-keris ini juga masih dilengkapi dengan sarung (warangka) sebagai upaya membuat keris lebih terawat yang biasanya terbuat dari kayu (ada juga yang terbuat dari gading, tulang, viber dll) dengan teknik hiasan yang beragam. Biasanya, keris yang indah juga memiliki sarung yang Indah. Dalam pameran keris Benteng Vrederberg bebebapa waktu lalu, saya pernah melihat sarung keris yang luar biasa indah dan priceless. Keris dari Lombok ini memilki gagang dan sarung yang terbuat dari Gading. Di gading tersebut diukir sebuah kisah di kerajaan tempat keris berasal. Dikisahkan dalam ukiran gading bahwa sang Putri yang kecewa karena keputusan sang raja ayahnya akhirnya menceburkan diri ke laut. Dalam kasus seperti ini, keris dan sarungnya merupakan barang yang tidak terpisahkan.

Perlengkapan dasar keris selain Warangka adalah Pendok (kecuali pada warangka sandang walikat), Selut (hiasan yang menyatukan Ganja dengan pegangan keris), dan Ukiran (pegangan keris). Pendeknya, menghapalkan seluruh bagian keris secara kasat mata dapat menjadi pelajaran setara S-1 karena rumit, banyak jenisnya dan banyak cabangnya. Sehingga seorang ahli keris yang hapal perbedaan satu dapur keris dengan dapur lainnya adalah mereka yang sudah lama menekuni dan mencintai keris.

Hampir semua orang hebat di negeri ini memiliki keris. Mulai dari para wali-wali songo (wali sembilan yang paling berpengaruh terhadap penyebaran agama Islam di Jawa), Raja-raja di seluruh nusantara sejak jaman abad 7, Pangeran Diponegoro, Soekarno, Sudirman, Soeharto dan lain-lainnya.

Tata cara penggunaan Pusaka Racana disesuaikan dengan keinginan dan adat racana dan diatur oleh racana sendiri, seperti dalam upacara pelantikan atau acara tertentu lainnya.


SEJARAH SNGKAT RACANA DIPONEGORO

Diawali dengan keinginan untuk memiliki unit kegiatan mahasiswa yang berkiprah dalam bidang kepramukaan, maka Kresno Wiyono, Saptorini dan Agus Widiyanto ditunjuk oleh PR III Undip saat itu, Dr. Herry Soepardjo untuk mewakili Undip dalam kegiatan Penataran Pramuka Mahasiswa pada tanggak 5 – 11 Januari 1978 di Bandung yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti bekerja sama dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Usulan pastisipasi ini berasal dari anggota Dewan Kerja Daerah (DKD) Jateng, yakni Roso Setiono dan Atang Tarumaningprang.

Kemudian berlanjut dengan pertemuan perdana internal Undip yang bertempat di Biro Rektor Lama yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang sepakat untuk mengibarkan panji Gerakan Pramuka di Universitas Diponegoro. Kemudian muncul nama-nama seperti ; Kresno Wiyono, Agus Purwadi, MB Setio Bintoro dan Suryantoro (Fakultas Teknik), Slamet Budi Prayitno (Fakultas Peternakan), Sigit Joko Sutomo (FISIP), Suradi (FH), dan Edy Yusuf AG (FE). Sementara di kalangan putrid ada Saptorini (FT), Frontea Swastawati (Fapet), Susiloningrum (FK), dan Endang (FE). Dari kalangan Universitas dukungan datang dari Kak Tien Soepeno, S.H., Kak Drs. Madyono Joedoadhinoto, S.H., serta Kak R. Tjutjuk Soetjipto.
Pengiriman kontingen yang pertama adalah mengikuti Raimuna Nasional III tahun 1978 di Karang Kates, Malang. Meskipun masih berstatus gudep persiapan, akan tetapi Racana Diponegoro mulai diketahui dan diakui keberadaannya oleh pihak kwartir maupun perguruan tinggi lainnya.
Tanggal yang bersejarah bagi Racana Diponegoro adalah 1 Oktober 1978 yang mana pada saat itu dilantik Mabigus 01.045-01.046 (sekarang 11.045-11.046) dengan Kamabigus Rektor Undip Prof. Soedarto (Alm.). Sementara tanggal 28 Oktober 1978 secara resmi dilantik Dewan Racana Diponegoro yang pertama dengan Ketua Putra Kak Slamet Budi Prayitno dan Ketua Putri Kak Susiloningrum


SEJARAH GERAKAN PRAMUKA

Masa Hindia Belanda
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.

Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir [[besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepramukaan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaanse Padvinders Organisatie; berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hisbul Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).
PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Bala Tentara Dai Nippon
"Dai Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.

Masa Republik Indonesia
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepramukaan menga-dakan konfersensi di Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

Kelahiran gerakan Pramuka
Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
• Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
• Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gerakan_Pramuka_Indonesia"

SEKILAS GERAKAN PRAMUKA

Pengertian Kepramukaan
Kepramukaan pada hakekatnya adalah :
• Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa;
• Yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan di luar lingkungan pendidikan keluarga dan di alam terbuka;
• Dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.

Sifat Kepramukaan
Berdasarkan resolusi Konferensi Kepramukaan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark, maka kepramukaan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu :
1. Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepramukaan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
2. Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepramukaan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pramuka dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
3. Universal, yang berarti bahwa kepramukaan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja, yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.
Fungsi Kepramukaan
Dengan landasan uraian di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai :
1. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan permainan, jadi bukan sekadar main-main, yang hanya bersifat hiburan saja, tanpa aturan dan tujuan, dan tidak bernilai pendidikan. Karena itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik.
2. Pengabdian bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.
3. Alat bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya.
Istilah Gerakan Pramuka dan Pramuka
Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan wadah proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia.
Sebelum tahun 1961 di Indonesia pernah berdiri berbagai macam organisasi kepramukaan seperti Pandu Rakyat Indonesia, Kepanduan Bangsa Indonesia, Hizbul Waton dan lain-lain. Sekarang hanya satu organisasi yang disebut Gerakan Pramuka.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang berusia antara 7 sampai dengan 25 tahun, dan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu sebagai Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan, Pleatih, Pamong Saka, Staff Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Disamping itu kata Pramuka juga dapat diartikan praja muda karana, yaitu rakyat muda yang suka berkarya.
Tujuan Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia, agar supaya :
1. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta :
1. tinggi mental - moral - budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
2. tinggi kecerdasan dan keterampilannya.
3. kuat dan sehat fisiknya.
2. Menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara.
Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah pada pencapain tujuan tersebut.
Tugas Pokok
1. Tugas pokok Gerakan Pramuka adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia, menuju ke tujuan Gerakan Pramuka, sehingga dapat membentuk tenaga kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan tersebut Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya.
3.
1. Gerakan Pramuka berkewajiban melaksanakan Eka Prasetya Pancakarsa.
2. Karena kepramukaan bersifat nasional, maka gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka disesuaikan dengan kepentingan nasional. Kepentingan nasional bangsa Indonesia ini tercantum dalam Garis Besar Haluan Negara, yang merupakan Ketetapan MPR. Gerakan Pramuka dalam iktu membantu pelaksanaan GBHN tersebut selalu mengikuti kebijakan Pemerintah dan segala peraturan perundang-undangannya.
4. Gerakan Pramuka hidup dan bergerak di tengah masyarakat dan berusaha membentuk tenaga kader pembangunan yang berguna bagi masyarakat. Karenanya Gerakan Pramuka harus memperhatikan pula keadaan, kemampuan, adat dan harapan masyarakat, termasuk orang tua Pramuka, sehingga Gerakan Pramuka terutama pada satuan-satuannya dapat menyiapkan tenaga Pramuka sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua Pramuka dan masyarakat setempat.
5. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Gerakan Pramuka menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan, sistim among dan berbagai metoda penyajian lainnya. Para Pramuka mendapat pembinaan dalam satuan-gerak sesuai dengan usia dan bidang kegiatannya dengan memgikuti ketentuan pada Syarat Kecakapan Umum, Syarat Lecakapan Khusus dan Syarat Pramuka Garuda.
6. Sasaran yang ingin dicapai dengan pendidikan kepramukaan itu ialah :
1. kuat keyakinan beragamanya.
2. tinggi mental dan moralnya, serta berjiwa Pancasila.
3. sehat, segar dan kuat jasmaninya.
4. cerdas, segar dan kuat jasmaninya.
5. berpengetahuan luas dan dalam.
6. berjiwa kepemimpinandan patriot.
7. berkesadaran nasional dan peka terhadap perubahan lingkungan.
8. berpengalaman banyak.
Kiasan dasar
Kiasan dasar adalah alam pikiran yang mengandung kiasan (gambaran) sesuatu yang disanjung dan didambakan. Yang menjadi kiasan dasar Gerakan Pramuka adalah romantika perjuangan besar bangsa Indonesia. Oleh karena itu, maka kiasan ini mengambil hal-hal yang ada hubungannya dengan perjuangan bangsa. Baik pada masa lalu, maupun perjuangan pembangunan pada masa sekarang.
Berhubung dengan kiasan itu, maka kata-kata penting dalam urut-urutan perjuangan bangsa Indonesia sejak masa lampau sampai sekarang dipergunakan istilah-istilah di dalam Gerakan Pramuka, yaitu anak didik yang umur 7 - 10 tahun disebut Siaga, yang umur 11 - 15 tahun disebut Penggalang, yang umur 16 - 20 tahun disebut Penegak dan umur 21 - 25 tahun disebut Pandega. Orang dewasa yang memimpin Pramuka disebut Pembina, anggota Kwartir disebut Andalan.
Sesuai dengan tingkat kecakapan yang dicapai oleh seorang Pramuka, maka istilah-istilah tersebut di atas ditambah istilah belakang : Siaga Mula, Siaga Bantu, Siaga Tata, Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap, Penegak Bantara, Penegak Laksana (tentang Pandega hanya ada satu tingkat).
Satuan kecil untuk Siaga disebut Barung (tempat penjaga ramuan bangunan). Satuan yang terdiri dari beberapa Barung disebut Perindukan (tempat dimana anak cucu berkumpul). Satuan untuk Penggalang disebut Regu (gardu, pangkalan untuk meronda). Satuan yang terdiri dari beberapa regu disebut Pasukan, (tempat suku berkumpul. Satuan kecil untuk Penegak disebut Sangga (rumah kecil untuk orang yang bertanggung jawab menggarap sawah/ladang). Satuan kecil untuk Pandega disebut Racana (pondasi, alas tiang, umpak atap). Satu perindukan Siaga, satu Pasukan Penggalang, satu Ambalan Penegak dan satu Racana Pandega, bersama merupakan satu Gugusdepan (kombinasi satuan-satuan yang bertugas di depan, terdepan, yang langsung menghadapi tantangan).
Prinsip Dasar dan Metodik Kepramukaan
Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan merupakan prinsip yang digunakan dalam pendidikan kepramukaan, yang membedakannya dengan gerakan pendidikan lainnya.
Baden-Powell sebagai penemu pendidikan kepramukaan telah menyusun prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dan menggunakannya untuk membina generasi muda melalui pendidikan kepramukaan. Beberapa prinsip itu didasarkan pada kegiatan anak atau remaja sehari-hari.
Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan itu harus diterapkan secara menyeluruh. Bila sebagian dari prinsip itu dihilangkan, maka organisasi itu bukan lagi gerakan pendidikan kepramukaan.
Dalam Anggaran dasar Gerakan Pramuka dinyatakan bahwa Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan ialah :
1. Prinsip Dasar
1. Prinsip Dasar Kepramukaan adalah :
1. iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
3. peduli terhadap diri pribadinya;
4. taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
2. Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi pesertadidik dibantu oleh pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.
3. Menerima secara sukarela Prinsip Dasar Kepramukaan adalah hakekat pramuka, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial, maupun individu yang menyadari bahwa diri pribadinya :
1. mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai tata-cara dari agama yang dipeluknya serta menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.
2. mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama dengan mahkluk lain yang juga diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, khususnya sesama manusia yang telah diberi derajat yang lebih mulia dari mahkluk lainnya. Dalam kehidupan bersama didasari oleh prinsip peri kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. diberi tempat untuk hidup dan berkembang oleh Tuhan Yang Maha Esa di bumi yang berunsurkan tanah, air dan udara yang merupakan tempat bagi manusia untuk hidup bersama, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan rukun dan damai.
4. memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial serta memperkokoh persatuan, menerima kebhinnekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang/ memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidupnya. Karena itu manusia wajib peduli terhadap lingkungan hidupnya dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan lingkungan hidup yang baik.
2. Metode Kepramukaan
1. Metode Kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui :
1. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. belajar sambil melakukan;
3. sistem berkelompok;
4. kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani pesertadidik;
5. kegiatan di alam terbuka;
6. sistem tanda kecakapan;
7. sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri;
8. sistem among.
2. Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan.
3. Metode Kepramukaan sebagai suatu sistem, terdiri atas unsur-unsur yang merupakan subsistem terpadu dan terkait, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan.
Kode Kehormatan
1. Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut Satya dan Ketentuan Moral yang disebut Darma merupakan satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan.
2. Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Janji yang disebut Satya adalah :
1. janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan;
2. tindakan pribadi untuk mengikat diri secara sukarela menerapkan dan mengamalkan janji;
3. titik tolak memasuki proses pendidikan sendiri guna mengembangkan visi, intelektualitas, emosi, sosial dan spiritual, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat lingkungannya.
3. Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Ketentuan Moral yang disebut Darma adalah :
1. alat proses pendidikan sendiri yang progresif untuk mengembangkan budi pekerti luhur.
2. upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong pesertadidik menemukan, menghayati, mematuhi sistem nilai yang dimiliki masyarakat dimana ia hidup dan menjadi anggota.
3. landasan gerak Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan melalui kepramukaan yang kegiatannya mendorong Pramuka manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, memiliki rasa ke


RENUNGAN ULANG JANJI

Kakak dan adik sekalian,…
Malam ini marilah kita renungkan sejenak
Sebuah perjalanan panjang organisasi Gerakan Kepanduan Praja Muda Karana
Yang kini tengah memasuki usianya yang ke-42
Dalam rentetan waktu sepanjang itu
Begitu banyak yang telah kita dapat darinya
Kakak dan Adik sekalian,…

Pada malam ini, marilah kita segarkan ingatan kita
Pada tiga janji mulia yang pernah kita ucapkan; TRI SATYA
Bahwa dengan segala kehormatan yang kita punya kita telah berjanji
Akan menjalankan semua kewajiban kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga mengamalkan Pancasila
Bahwa dengan mempertaruhkan kehormatan kita, kita telah berjanji
Akan menolong sesama hidup dan membangun masyarakat
tanpa mengharapkan setitik balas jasa dari apa yang telah kita lakukan
bahwa dengan bersungguh-sungguh dan demi segala kehormatan kita, kita juga telah berjanji
akan menepati Dasa Dharma dengan segala konsekuensi yang terkandung di dalamnya

Kakak dan Adik sekalian,…
Barsama-sama, marilah kita koreksi pribadi kita masing-masing
Benarkah apa yang telah kita janjikan benar-benar telah kita laksanakan

Kakak dan adik sekalian,…
Pada usia yang ke-42 Gerakan Pramuka ini
Marilah bersama kita satukan tekad untuk kembali membangun nama Pramuka
Yang kini seolah tenggelam
Marilah bersama kita ucapkan kembali segala apa yang telah kita janjikan dalam sebuah;
ULANG JANJI

RENUNGAN HUT RACANA DIPONEGORO

Kakak-kakakku dan saudara-saudaraku semua…
Di malam ini kita kembali berkumpul bersama untuk mencoba merenungkan jalan kehidupan kita semua, dalam keluarga besar Racana Diponegoro.
Sebelumnya kami mohon ijin untuk mengingatkan kita semua sejarah panjang awal mula berdirinya Racana Diponegoro.
Dua puluh Enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 1978, Dewan Racana Diponegoro yang pertama dilantik. Dengan ketua dewan putra Kakak Slamet Budi Prayitno dan ketua dewan putri Kakak Susiloningrum. Tanggal inilah yang setiap tahun kita peringati sebagai hari ulang tahun Racana Diponegoro.

Berdirinya Racana Diponegoro diawali dengan adanya keinginan untuk memiliki unit kegiatan mahasiswa yang berkiprah dalam bidang kepramukaan. Berdirinya Racana Diponegoro ini diawali dengan adanya kegiatan penataran pramuka mahasiswa pada tanggal 5 – 11 Januari 1978 di Bandung yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, bekerja sama dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Usulan partisipasi ini berasal dari anggota dewan kerja daerah XI Jawa Tengah, yakni Roso Setiono dan Atang Tarunaningprang.
Kemudian dengan pertemuan perdana internal Undip yang bertempat di biro rektor lama yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang sepakat untuk mengibarkan panji gerakan pramuka di Undip, muncullah nama-nama Kresno Wiyono, Agus Purwodadi, M.B. Setio Bintoro, Suryantoro, Slamet Budi Prayitno, Sigit Joko Sutomo, Suradi dan Edy Yusuf. Serta untuk yang putri ada Saptorini, Susiloningrum, Frontea Swastawati dan Endang.
Beliau semua adalah Kakak-kakak kita yang menjadi pelopor sehingga Racana Diponegoro bisa berdiri dan tetap kokoh sampai sekarang





Lembar KeduaNarasi Renungan HUT Racana Diponegoro

Saudara-saudaraku dan kakak-kakakku semua…
Waktu terus berjalan dan akan terus berjalan
Segala sesuatu akan terus berubah pula seiring dengan berjalannya waktu

Umur kita terus bertambah dan akan terus bertambah
Ada suatu pertanyaan yang sangat mendasar yang perlu untuk kita renungkan
Apakah dengan bertambahnya waktu kita sudah semakin dewasa seiring dengan umur kita yang juga semakin lama tidak menjadi muda lagi?
Orang yang dewasa adalah orang yang sudah bisa melihat dan mengoreksi kesalahan dirinya sendiri. Setiap apa yang terjadi pada diri kita adalah akibat pilihan-pilihan yang kita lakukan pada masa yang lalu. Dan kita bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi pada diri kita

Saudara-saudaraku semua
Racana Diponegoro adalah milik kita semua. Racana Diponegoro diturunkan dari generasi ke generasi, hadir dan ada karena keinginan kita bersama. Tidak ada seorangpun yang bisa meruntuhkan nama besar Racana Diponegoro, kecuali kita, anggota-anggotanya menginginkan hal itu terjadi
Racana Diponegoro akan tetap berdiri sampai akhir masa, kekal abadi
Walaupun harus menghadapi badai gurun sekalipun
Racana Diponegoro akan tetap ada, paling tidak dalam hati kita semua

Marilah kita bersama mencoba merenungkan kembali, selama kita berada di sini, bersama-sama, apa sebenarnya yang telah kita sumbangkan untuk Racana. Sumbangan yang paling berarti adalah apabila kita ikhlas dalam memberikannya.
Ikhlas dan tanpa pamrih.
Pamrih kita hanya satu, yaitu karena kita sangat mencintai Racana Diponegoro.


Saudara-saudaraku semua sejarah telah mencatat nama kita
Banyak sudah prestasi yang pernah mengukir kehidupan kita
Membuat sebuah nama besar tidaklah mudah
Tetapi yang paling sulit adalah menjaga nama besar itu
Sejarah adalah masa lau
Kita bisa mengingatnya sebagai suatu pendorong
Bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan
Orang bijak mengatakan, janganlah kamu menengok ke belakang
Jika kamu tidak akan menuju ke sana. Pandanglah jauh ke depan
Lihatlah masa depanmu, masih banyak yang bisa kamu lakukan.
Tidak masalah kalau orang pernah jatuh.
Yang menjadi masalah adalah apakah orang itu bangkit lagi atau tidak

Saudara-saudaraku semua yang berada di sini. Kita harus selalu ingat,
Agar jangan sampai prestasi, menyebabkan hati dan pikiran kita tertutup
Untuk bisa menilai sesuatu secara obyektif
Terlena dan mengangap diri yang terbaik

Marilah dengan bertambahnya umur kita,
Menginjak usia yang ke-26 Racana Diponegoro kita buka lembaran baru kehidupan kita.
Kita tinggalkan ukiran-ukiran sejarah kehidupan kita dalam lembaran-lembaran yang lama
Kita pandang masa depan kita dengan semangat baru
Kita satukan visi dan misi kita
Apapun yang kita lakukan di sini, apapun sumbangan yang bisa kita berikan
Semua itu atas dasar pada keyakinan dan tekad untuk memberikan yang terbaik
Yang bisa kita lakukan untuk kejayaan Racana Diponegoro

Dan akhirnya marilah kita bersama-sama berdoa,
Agar kita diberikan kekuatan dan bimbingan untuk terus berjuang
Mencapai segala sesuatu yang kita cita-citakan bersama.
Prosesi Acara Renungan HUT Racana Diponegoro
1. Peserta HUT membentuk lingkaran kemudian saling bergandengan tangan satu sama lain
2. Pembacaan Narasi Renungan oleh Petugas
3. Lagu Bagimu Negri (“Bagimu Negri Jiwaraga Kami”)
4. Lagu Syukur (“Kehadiratmu Tuhan”)


RENUNGAN HUT RACANA DIPONEGORO

Kakak-kakakku dan saudara-saudaraku semua…
Di malam ini kita kembali berkumpul bersama untuk mencoba merenungkan jalan kehidupan kita semua, dalam keluarga besar Racana Diponegoro.
Sebelumnya kami mohon ijin untuk mengingatkan kita semua sejarah panjang awal mula berdirinya Racana Diponegoro.
Dua puluh Enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 1978, Dewan Racana Diponegoro yang pertama dilantik. Dengan ketua dewan putra Kakak Slamet Budi Prayitno dan ketua dewan putri Kakak Susiloningrum. Tanggal inilah yang setiap tahun kita peringati sebagai hari ulang tahun Racana Diponegoro.

Berdirinya Racana Diponegoro diawali dengan adanya keinginan untuk memiliki unit kegiatan mahasiswa yang berkiprah dalam bidang kepramukaan. Berdirinya Racana Diponegoro ini diawali dengan adanya kegiatan penataran pramuka mahasiswa pada tanggal 5 – 11 Januari 1978 di Bandung yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, bekerja sama dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Usulan partisipasi ini berasal dari anggota dewan kerja daerah XI Jawa Tengah, yakni Roso Setiono dan Atang Tarunaningprang.
Kemudian dengan pertemuan perdana internal Undip yang bertempat di biro rektor lama yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang sepakat untuk mengibarkan panji gerakan pramuka di Undip, muncullah nama-nama Kresno Wiyono, Agus Purwodadi, M.B. Setio Bintoro, Suryantoro, Slamet Budi Prayitno, Sigit Joko Sutomo, Suradi dan Edy Yusuf. Serta untuk yang putri ada Saptorini, Susiloningrum, Frontea Swastawati dan Endang.
Beliau semua adalah Kakak-kakak kita yang menjadi pelopor sehingga Racana Diponegoro bisa berdiri dan tetap kokoh sampai sekarang





Lembar KeduaNarasi Renungan HUT Racana Diponegoro

Saudara-saudaraku dan kakak-kakakku semua…
Waktu terus berjalan dan akan terus berjalan
Segala sesuatu akan terus berubah pula seiring dengan berjalannya waktu

Umur kita terus bertambah dan akan terus bertambah
Ada suatu pertanyaan yang sangat mendasar yang perlu untuk kita renungkan
Apakah dengan bertambahnya waktu kita sudah semakin dewasa seiring dengan umur kita yang juga semakin lama tidak menjadi muda lagi?
Orang yang dewasa adalah orang yang sudah bisa melihat dan mengoreksi kesalahan dirinya sendiri. Setiap apa yang terjadi pada diri kita adalah akibat pilihan-pilihan yang kita lakukan pada masa yang lalu. Dan kita bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi pada diri kita

Saudara-saudaraku semua
Racana Diponegoro adalah milik kita semua. Racana Diponegoro diturunkan dari generasi ke generasi, hadir dan ada karena keinginan kita bersama. Tidak ada seorangpun yang bisa meruntuhkan nama besar Racana Diponegoro, kecuali kita, anggota-anggotanya menginginkan hal itu terjadi
Racana Diponegoro akan tetap berdiri sampai akhir masa, kekal abadi
Walaupun harus menghadapi badai gurun sekalipun
Racana Diponegoro akan tetap ada, paling tidak dalam hati kita semua

Marilah kita bersama mencoba merenungkan kembali, selama kita berada di sini, bersama-sama, apa sebenarnya yang telah kita sumbangkan untuk Racana. Sumbangan yang paling berarti adalah apabila kita ikhlas dalam memberikannya.
Ikhlas dan tanpa pamrih.
Pamrih kita hanya satu, yaitu karena kita sangat mencintai Racana Diponegoro.


Saudara-saudaraku semua sejarah telah mencatat nama kita
Banyak sudah prestasi yang pernah mengukir kehidupan kita
Membuat sebuah nama besar tidaklah mudah
Tetapi yang paling sulit adalah menjaga nama besar itu
Sejarah adalah masa lau
Kita bisa mengingatnya sebagai suatu pendorong
Bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan
Orang bijak mengatakan, janganlah kamu menengok ke belakang
Jika kamu tidak akan menuju ke sana. Pandanglah jauh ke depan
Lihatlah masa depanmu, masih banyak yang bisa kamu lakukan.
Tidak masalah kalau orang pernah jatuh.
Yang menjadi masalah adalah apakah orang itu bangkit lagi atau tidak

Saudara-saudaraku semua yang berada di sini. Kita harus selalu ingat,
Agar jangan sampai prestasi, menyebabkan hati dan pikiran kita tertutup
Untuk bisa menilai sesuatu secara obyektif
Terlena dan mengangap diri yang terbaik

Marilah dengan bertambahnya umur kita,
Menginjak usia yang ke-26 Racana Diponegoro kita buka lembaran baru kehidupan kita.
Kita tinggalkan ukiran-ukiran sejarah kehidupan kita dalam lembaran-lembaran yang lama
Kita pandang masa depan kita dengan semangat baru
Kita satukan visi dan misi kita
Apapun yang kita lakukan di sini, apapun sumbangan yang bisa kita berikan
Semua itu atas dasar pada keyakinan dan tekad untuk memberikan yang terbaik
Yang bisa kita lakukan untuk kejayaan Racana Diponegoro

Dan akhirnya marilah kita bersama-sama berdoa,
Agar kita diberikan kekuatan dan bimbingan untuk terus berjuang
Mencapai segala sesuatu yang kita cita-citakan bersama.
Prosesi Acara Renungan HUT Racana Diponegoro
1. Peserta HUT membentuk lingkaran kemudian saling bergandengan tangan satu sama lain
2. Pembacaan Narasi Renungan oleh Petugas
3. Lagu Bagimu Negri (“Bagimu Negri Jiwaraga Kami”)
4. Lagu Syukur (“Kehadiratmu Tuhan”)


SAMBUTAN KA KWARNAS PADA HARI PRAMUKA 2009

azrul_25509 ka kwarnas Yang terhormat,
Kakak-kakak Ketua Mabida dan Mabicab Gerakan Pramuka, Kakak-kakak Pimpinan Kwarda, Kwarcab dan Kwarran Gerakan Pramuka, Kakak-kakak Pelatih, Pembina, Pamong dan Instruktur Gerakan Pramuka, Adik-adik Pramuka yang saya banggakan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Salam Pramuka,



Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul bersama pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat untuk turut memperingati Hari Pramuka ke 48 yang jatuh pada tanggal 14 Agustus.
Selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, perkenankanlah saya pada kesempatan yang berbahagia ini menyampaikan ucapan Selamat Hari Pramuka ke 48 kepada segenap keluarga besar anggota Gerakan Pramuka di manapun berada. Semoga peringatan Hari Pramuka ke 48 ini dapat memacu kita untuk lebih memajukan Gerakan Pramuka. Kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Gerakan Pramuka yang saya hormati, Revitalisasi Gerakan Pramuka, yang merupakan salah satu pilar pendidikan kaum muda di Indonesia, telah berjalan selama tiga tahun. Revitalisasi, yang tujuan pokoknya adalah untuk memantapkan eksistensi Gerakan Pramuka serta untuk meningkatkan fungsi Gerakan Pramuka, dalam tiga tahun ini telah memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Secara bertahap, tetapi pasti, citra dan kinerja Gerakan Pramuka tampak main membaik Minat kaum muda terhadap Gerakan Pramuka tampak makin meningkat.
Bersamaan dengan itu pelbagai kegiatan kepramukaan telah semakin banyak dilaksanakan. Untuk tercapainya visi dan misi Gerakan Pramuka, yakni mempersiapkan para pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian dan akhlak mulia pada masa depan, pelbagai keberhasilan ini tentu harus dapat dipertahankan dan bahkan semakin lebih ditingkatkan. Kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Gerakan Pramuka yang saya hormati, Sejarah memang telah mencatat peranan besar anggota pramuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada masa-masa awal kebangkitan nasional, para anggota pramuka (kepanduan) mempunyai peranan besar dalam membangkitkan semangat kebangsaan. Pada sekitar tahun 1920-an para anggota pramuka (kepanduan) berperan besar dalam menggalang semangat persatuan.
Untuk kemudian, pada masa-masa awal kemerdekaan, para anggota pramuka (kepanduan) berperan besar dalam menggelorakan semangat bela negara. Sangatlah relevan apabila pada saat ini ketiga peranan tersebut dapat lebih ditingkatkan. Untuk itu, keberhasilan Revitalisasi Gerakan Pramuka sangat menentukan. Untuk lebih memantapkan eksistensi Gerakan Pramuka, telah berhasil disusun RUU Gerakan Pramuka, yang pada saat ini telah menjadi hak inisiatif DPR.
Sedangkan untuk lebih meningkatkan fungsi Gerakan Pramuka, pada saat ini sedang dilakukan pembaruan sistem pendidikan kepramukaan.
Kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Gerakan Pramuka yang saya hormati,
Inti pokok pemantapan eksistensi Gerakan Pramuka sebagaimana yang tercantum dalam RUU Gerakan Pramuka setidak-tidaknya mencakup lima hal pokok, yakni: Pertama, penetapan Pancasila sebagai sumber nilai pendidikan kepramukaan Kedua, penetapan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya wadah otonom yang bertanggungjawab menyelenggarakan pendidikan kepramukaan Ketiga, penetapan APBN/APBD sebagai bagian dari sumber dana Gerakan Pramuka Keempat, penetapan pertanggungjawaban kepengurusan kepada Presiden RI sebagai Pramuka Utama Kelima, penetapan prinsip dasar, kode kehormatan serta metoda kepramukaan sebagai unsur pokok dalam sistem pendidikan kepramukaan Sedangkan inti pokok peningkatan fungsi Gerakan Pramuka sebagaimana yang sedang diperbarui pada saat ini adalah penetapan standar untuk tiga unsur pokok sistem pendidikan kepramukaan, yakni: Pertama, standar keluaran yakni kompetensi yang ingin dicapai oleh para peserta didik, mulai dari tingkat siaga, penggalang, penegak sampai dengan pandega Kedua, standar proses yakni pelbagai kegiatan kepramukaan yang wajib diselenggarakan oleh gugusdepan serta diikuti oleh setiap peserta didik Ketiga standar masukan, utamanya aspek ketenagaan dan sarana pendidikan kepramukaan Untuk aspek ketenagaan, yakni para pembina, instruktur, dan pelatih, setelah standardisasi akan dilanjutkan dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi Untuk aspek sarana, yakni gugusdepan, sebagai tempat pendidikan bagi anggota muda, serta pelbagai pusat pelatihan, sebagai tempat pendidikan bagi anggota dewasa, setelah standardisasi akan dilanjutkan dengan lisensi dan akreditasi.
Pada masa depan, direncanakan gugusdepan yang diizinkan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, dan karena itu memiliki lisensi, hanyalah gugusdepan yang telah terakreditasi serta didukung oleh tenaga pembina yang telah ter-registrasi saja.
Kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Gerakan Pramuka yang saya hormati,
Hakekat dasar pendidikan kepramukaan adalah meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan, yakni Satya dan Darma Pramuka kepada seluruh peserta didik, sehingga mereka dapat dipersiapkan menjadi kader pimpinan bangsa yang tangguh pada masa depan. Dalam kerangka mempersiapkan kaum muda yang seperti inilah ditetapkan tema peringatan HUT Gerakan Pramuka ke 48 pada tahun ini adalah ”Tingkatkan Peran Gerakan Pramuka dalam Membangun Karakter dan Kepemimpinan Bangsa”.
Diharapkan dengan tema ini, kita semua dapat lebih meningkatkan motivasi dan bakti kita, bagi perkembangan Gerakan Pramuka dan bagi masa depan kaum muda yang lebih baik pada masa depan. Kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Gerakan Pramuka yang saya hormati, Pada kesempatan memperingati Hari Pramuka ke 48 ini perkenankanlah saya atas nama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan bagi perkembangan dan kemajuan Gerakan Pramuka. Ucapan terima kasih ini terutama kami sampaikan kepada Bapak Presiden dan kepada bapak-bapak/ibu-ibu Menteri, serta kepada bapak-bapak/ibu-ibu Gubernur serta bapak-bapak/ibu-ibu Bupati/Walikota di seluruh Indonesia, Tanpa bantuan bapak-bapak/ibu-ibu semua, tidak mungkin revitalisasi Gerakan Pramuka dapat dilaksanakan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah pula saya mengajak para anggota dewasa Gerakan Pramuka untuk lebih merapatkan barisan dan menyatukan gerak langkah untuk percepatan kemajuan dan perkembangan Gerakan Pramuka. Kepada para Pimpinan Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Kwartir Ranting Gerakan Pramuka di seluruh Indonesia, saya menghimbau, marilah kita bersama berupaya melakukan hal–hal terbaik, demi masa depan kaum muda Indonesia yang lebih cerah. Kepada para anggota muda Gerakan Pramuka, yakni adik-adik pramuka di seluruh Indonesia, saya menyampaikan rasa bangga. Sangatlah tepat pilihan adik-adik untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan. Mengikuti pendidikan formal saja tidaklah cukup.
Untuk hasil yang optimal dalam pembentukan watak, kepribadian dan akhlak mulia, adik-adik perlu menambah dan meningkatkan wawasan serta pemahaman, antara lain dengan mengikuti pendidikan nilai-nilai melalui Gerakan Pramuka.
Semoga upaya yang kita lakukan senantiasa mendapatkan ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jayalah Pramuka Jayalah Indonesia
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Pramuka,
Jakarta, 14 Agustus 2009
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Ketua,
Prof. Dr. dr. H. Azrul Azwar, MPH
Sumber : pramukanet


SEMANGAT KEMERDEKAAN DAN RAMADHAN

Assalamu’aaikum Wr. Wb.

Salam Pramuka ..... !!!!

Segala puja-puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Dzat yang memiliki segala keagungan, kesempurnaan, dan kemuliaan, yang menciptakan sekaligus menjadi penguasa tunggal alam semesta beserta isinya. Berkat hidayah, taufik, rahmat, karunia-Nya. Kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dalam majlis yang berbahagia ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, beserta istri dan keluarganya serta para sahabat dan pengikutnya hingga hari kiamat kelak.



MERDEKA ….!!!

Salah satu nikmat Allah yang tak ternilai harganya adalah “Nikmat Kemerdekaan”. Oleh karenanya marilah kita selalu senantiasa memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah yang atas berkat rahmat dan nikmat-Nya kita telah ditakdirkan sebagai masyarakat dan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat dalam suasana aman dan tenteram. Sehingga seperti pada malam hari ini kita dapat berkumpul bersama untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 64, mudah-mudahan kegiatan ini senantiasa mendapatkan limpahan ridho Allah dan barokah-Nya. Amin

Merdeka atau Mati, satu slogan yang di usung para pejuang kemerdekaan dulu. Hidup dengan kemerdekaan, yang berarti lepas dari penjajahan bangsa asing. Atau lebih baik mati berkalang ibu pertiwi. Jiwa pratiotisme yang tulus dan gagah tergambar jelas. Itu dulu, dulu sekali. Kini jembatan emas sudah kita lewati, yaitu kemerdekaan.



Tidak lagi perlu lagi memilih merdeka atau mati. Tinggal kita membangun dan menata segala sesuatu dengan damai. Kini patriotisme seperti diatas kian meredup. Peringatan bagi para pejuang terasa mulai membosankan dan nyaris tidak berasa lagi menarik minat generasi muda.

Namun kita perlu berkaca ulang, pada kenyataannya masih banyak dan banyak sekali generasi muda yang berjiwa pratiotisme, gigih berjuang dan inovatif dalam berkarya. Memang kondisinya berbeda. Tidak lagi dengan angkat senjata tapi lebih kepada menunjukkan karya. Berjuang demi kehidupan adalah hal yang paling mendasar di era merdeka ini.



Kreatifitas mensiasati kebutuhan hidup merupakan salah satu cara mengisi kemerdekaan. Pada jaman perjuangan, para pahlawan tidak sempat berpikir hidup layak. Fokus utamanya adalah kemerdekaan. Bagi kita yang hidup dalam suasana berdaulat, wajar jika tercipta konsentrasi untuk kehidupan yang lebih baik dan layak.



Pokok permasalahannya justru di hidup yang layak sendiri. Sering menjadi arti yang keblablasan. Murko orang jawa bilang. Maka timbullah carut marut persaingan. Tidak hanya bisnis, kekuasaan dan sikap adigang-adigung- adiguna menjadikan pergesekan panas. Korupsi merajalela, monopoli trus berjalan, tawuran jadi barang yang hebat dan maksiat menjadi gaya hidup. Mungkin jika kita tahu akan seperti ini pasca merdeka, tentulah para pejuang dulu ikhlas melepas nyawa. Sekarang, mereka mungkin menjerit di dalam abadi di sana . Untuk apa bercerai berai sekarang, sementara dulu mereka bersusah payah menyatukan.

Sebentar lagi Ramadhan tiba. bulan suci untuk menyucikan hati dan tingkah laku. Bulan dimana umat muslim berjuang melawan hal yang paling berat, hawa nafsu, Sedangkan kacau balau persaingan berawal dari nafsu manusia yang di umbar keluar dari tatananya.



Bulan Ramadhan mengajarkan untuk berbuat kebaikan, untuk mengendalikan hawa nafsu dan berjiwa sederhana. Tidak hanya bagi umat muslim, filosofi Ramadhan perlu di aplikasikan seluruh umat. Ramadhan bulan penuh berkah, sekali lagi, berkah ini tidak hanya untuk umat muslim tetapi semua umat. Lihat saja, saat Ramadhan tiba maka semua bisnis berjalan dengan kecepatan maximal.



Kuliner, Transportasi, Garment, bahkan (maaf) dunia kriminal seperti copet dsb. Semua mendapat berkah rizki dari Ramadhan dan Idul Fitri, selain makna berkah yang jauh lebih luas dari sekedar uang atau bisnis lancar. Mari semangat para pejuang, merebut kemerdekaan kita rubah dengan semangat berjuang demi kehidupan yang lebih baik.

Semangat yang terus di landasi dengan Ramadhan. Berbagai tepo seliro dan saling menghargai antar sesama kita junjung tinggi.

Mari kita syukuri nikmat kemerdekaan dari Allah yang diwariskan lewat hasil perjuangan para pahlawan dan syuhada kita dengan membangun dan ibadah demi tercapainya negara adil dan makmur ”BAIDATUN THAYYIBATUN WARABBUN GHAFUR”. Amin

Demikian kurang lebihnya mohon maaf dan terima kasih.

AL AFWU MINKUM .. BILLAAHIT TAUFIQ WAL HIDAYAH ....

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.